Rencana Redenominasi atau penyederhanaan dan penyetaraan nilai rupiah bukan merupakan fokus utama Bank Indonesia saat ini. Rencana tersebut hanyalah sebagai kebijakan pelengkap atas keberhasilan perekonomian Indonesia selama beberapa tahun terakhir dan ke depannya diperkirakan akan terus bertumbuh.
Penjabat Gubernur BI Darmin Nasution kepada Kompas di Jakarta, Rabu (4/8/2010), mengatakan, dalam waktu dekat ini fokus utama BI masih seputar bagaimana meningkatkan pengawasan perbankan serta menjalankan fungsi BI di bidang moneter.
”Jadi, redenominasi hanya sebagai kebijakan pelengkap atas keberhasilan perekonomian Indonesia. Secara fundamental, redenominasi ini tidak memperbaiki, tetapi juga tidak memperburuk perekonomian kita,” kata Darmin.
Darmin mengatakan, perekonomian Indonesia diyakini akan terus bertumbuh. Pada tahun 2012 atau tahun 2013, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan akan bergerak ke angka 7 persen dengan tingkat inflasi yang stabil, yaitu 4 plus minus satu persen.
Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 7 persen pada tahun 2012 atau 2013, Darmin mengatakan, BI akan mendorong perbankan untuk menyalurkan kredit lebih besar kepada masyarakat. Hal ini bertujuan untuk membuka lapangan kerja yang lebih luas serta meningkatkan transaksi ekonomi.
Untuk mendesak perbankan memberikan kredit lebih besar lagi, BI akan menetapkan batas atas dan bawah rasio kredit yang disalurkan dengan dana pihak ketiga sebuah bank. Jika rasio tersebut berada di luar batas yang ditetapkan BI, bank tersebut akan dikenai penalti berupa penempatan giro wajib minimum (GWM) yang lebih besar dibanding yang seharusnya atau dibanding bank lain.
Ke depan, BI juga akan menetapkan kebijakan suku bunga rendah sehingga likuiditas kredit bisa lebih tinggi dari saat ini. BI juga akan mengawasi secara ketat agar bank tidak menyalurkan kredit dengan suku bunga tinggi.
Untuk itu, BI akan meminta bank mengumumkan tingkat suku bunga pinjamannya (prime lending rate) di media massa dan situs resminya serta melaporkan kepada BI setiap bulan. Suku bunga pinjaman tersebut tidak termasuk premi risiko yang dikenakan kepada debitor.
Darmin menjelaskan, dengan diketahuinya suku bunga pinjaman melalui media massa, maka debitor bisa bebas mencari pinjaman ke bank dengan tingkat suku bunga terendah.
Melengkapi
Untuk melengkapi keberhasilan perekonomian Indonesia itu, lanjut Darmin, alangkah baiknya jika dilakukan redenominasi atas rupiah. Setidaknya terdapat tiga alasan dilakukan redenominasi.
Pertama, dalam kondisi ekonomi yang stabil dan terus bertumbuh, sudah saatnya Indonesia memanfaatkan momentum itu untuk mengembalikan kebanggaan terhadap mata uangnya. Selama ini nilai pecahan uang rupiah merupakan salah satu yang terbesar di dunia. Padahal, dalam beberapa tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi Indonesia termasuk tertinggi di dunia, setelah China dan India.
”Sudah saatnya kita membuat satu rupiah itu mempunyai arti. Tidak seperti saat ini, kita tidak lagi mengenal nilai dari satu rupiah, bahkan seratus rupiah,” kata Darmin.
Alasan kedua melakukan redenominasi adalah efisiensi dan penyederhanaan pembukuan. Redenominasi akan menyederhanakan penulisan nilai barang dan jasa yang diikuti pula penyederhanaan penulisan alat pembayaran atau uang. Selanjutnya hal ini akan menyederhanakan sistem akuntansi dalam sistem pembayaran tanpa menimbulkan dampak negatif terhadap perekonomian.
Alasan ketiga adalah meningkatkan keamanan bagi masyarakat dalam menggunakan dan membawa uang rupiah dalam jumlah besar. Selama ini masyarakat—khususnya yang belum tersentuh layanan transaksi secara elektronik—kesulitan dan khawatir membawa uang dalam jumlah besar. Dengan redenominasi, uang dalam jumlah besar cukup dibawa di dalam kantong atau dompet.
Terkait dengan kapan penerapan redenominasi rupiah akan dilaksanakan, Darmin mengatakan, BI berharap hal itu dapat direalisasikan pada tahun 2013 atau sebelum Pemilu 2014, setelah melakukan sosialisasi pada tahun 2011 dan 2012. Namun, realisasi redenominasi ini akan tergantung dari kesepakatan pemerintah, DPR, dan berbagai komponen bangsa.
Saat ini BI masih melakukan riset mengenai redenominasi dan secara aktif akan berdiskusi dengan berbagai pihak untuk mencari masukan. Hasil kajian yang dilakukan BI ini selanjutnya akan diserahkan kepada pihak-pihak terkait agar dapat menjadi komitmen nasional.
Menanggapi bahwa wacana redenominasi telah menjadi salah satu penyebab utama penurunan tajam indeks harga saham gabungan (IHSG), Darmin mengatakan, hal itu sama sekali tidak memiliki korelasi. Menurut Darmin, penurunan IHSG sebesar 0,33 persen pada Senin lalu dan 2,78 persen pada Selasa lalu lebih disebabkan penurunan harga saham-saham yang sensitif terhadap angka inflasi Juli 2010.
Pengamat ekonomi dan pasar modal Ferry Latuhihin membenarkan, IHSG anjlok karena inflasi Juli relatif tinggi dibanding bulan sebelumnya dengan ekspektasi yang lebih tinggi dari perkiraan pemerintah. (REI/PPG)
[Source]
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment